Minggu, 20 September 2009

Rukun Islam

Dalam kehidupan masyarakat umum yang bernuansa syariat tentu tidak akan pernah terlepas dengan apa yang dinamakan RUKUN ISLAM yang berjumlah 5 , yang dimulai dari membaca kalimah Syahadat; mendirikan Sholat; menunaikan Zakat; melaksanakan Puasa dan menunaikan Ibadah Haji bagi yang mampu. Jika ditelaah secara lebih jauh, kita coba mulai dari rukun islam ke 2 yakni mendirikan Sholat , dimana dalam salah satu bacaan Iftitah yang artinya "Sholatku; Ibadahku; Hidupku dan Matiku hanya karena Allah Ta'ala. Penelaahan bacaan Iftitah ini, jelas-jelas tidak terdapat ruang untuk selain DIA. Sholatku berarti segala bentuk dan macam sholat, baik sholat wajib maupun sunnah semuanyahanya karena Allah, Ibadahku yang berarti segala bentuk ibadah yang bersifat wajib maupun sunnah semuanya karena Allah, Hidupku yang merupakan segala bentuk kegiatan yang dilakukan selama manusia hidup tidak terkecuali puasa dan haji semuanya hanya karena Allah, terakhir matiku juga berpulang hanya padaNya. Sehingga kita bisa merasakan bahwa TIDAK ada sesuatupun yang pantas DIDAMBAKAN kecuali hanya Allah SWT. Dengan adanya pemahaman semacam itu, maka kita dapat melaksanakan Sholat dengan TIDAK menginginkan apapun dan tidak terkecuali ingin Pahala atau SorgaNya, akan tetapi menginginkan Allah SWT, karena kita sudah menyatakan Lillah Hita'ala . Dengan demikian kita dalam mendirikan Sholat tidak karena apapun kecuali Allah SWT. Akan tetapi karena pemahaman selama ini masyarakat pada umumnya masih memegang persepsi yang selain DIA, yakni dengan persepsi mendapatkan Pahala dan SorgaNya atau karena perintahNya, tanpa sadar hal ini menyiratkan bahwa yang butuh sholat adalah DIA yang Maha segalanya. Akan tetapi hal ini perlulah kiranya paradigma yang menyatakan bahwa manusialah yang membutuhkan sholat dengan memperhatikan bacaan dari Iftitah dimuka. Jika masih membutuhkan pada selain DIA, tidakkah masyarakat sadar bahwa semua itu hanyalah "iming-iming" ! , bagaikan anak kecil yang ketika menjalankan perintah orang dewasa akan diberikan hadiah permen ? . Dan perlu diperhatikan juga Al Qur'an : 3 : 51 yang artinya " Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah DIA. Inilah jalan yang lurus". Serta Al Qur'an : 2 : 21 yang berbunyi " Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa". Paradigma semacam inilah yang tentunya harus diperhatikan dalam melaksanakan semua perintahNya, dan juga perlu dipertanyakan tentang keichlasan dalam melaksanakan segala perintahNya. Jika keichlasan masih dipertanyakan , akankah manusia bisa menyerupai "Karang di tengah lautan" yang tegar meski ombak besar sekalipun menerjangnya. Itulah harapan dalam Islam bagi semua umatnya dan tidak lagi bagaikan "Buih di pantai" , meskipun jumlah buih tidak terhitung banyaknya akan tetapi mudah sekali hancur oleh benturan benda sekecil apapun.

Demikian juga pemahaman masyarakat tentang menunaikan Zakat, masyarakat pada umumnya masih mempunyai persepsi bahwa Zakat memberikan sebagian kekayaan kita kepada orang lain. Jika ditelaah , tentunya kita masih memiliki kekayaan yang lebih , sehingga dikatakan masih dapat memberikan sebagian pada orang lain, hal ini akan bertolak belakang dengan Al Qur'an : 3:109 yang artinya "Kepunyaan Allahlah segala yang ada di langit dan dibumi , dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan". Ayat ini yang jelas menyiratkan bahwa kita tidak berhak untuk memiliki sesuatu kecuali hanya DIA lah yang memilikinya. Maka Zakat tidak hanya memberikan sebagian dari kekayaan yang kita miliki, akan tetapi kita sendiri dan apapun yang ada "di luar tubuh" kita masih haq kepunyaan DIA dan dapat dikatakan bahwa sebagai manusia tentu tidak punya apa-apa selama hidup di dunia, meskipun yang ada di luar tubuh kita. Lalu pantaskah kita masih mempunyai persepsi Zakat seperti yang di persepsikan oleh kebanyakan manusia ? , hal inilah yang perlu dipahami dalam kehidupan manusia, agar hidup di dunia tidak merasa memiliki apa-apa atau bisa dapat membuat hidup kita berjalan di atas dunia penuh dengan kesombongan karena masih merasa punya sesuatu yang kita banggakan. Jika kita membaca Al Quran : 2 : 110 ) yang artinya " Dan dirikanlah Sholat dan tunaikanlah Zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan ". Justru disinilah Rasulollah SAW terlihat keistimewaannya dalam memberikan petuah bagi ummatnya untuk menjaga kestabilan dan keindahan dunia yang telah dicipta oleh Allah SWT.

Pemahaman tentang Puasa tidak jauh berbeda dengan pemahaman Zakat bagi sebagian orang. Puasa yang diketahui wajib hukumnya adalah puasa di bulan Romadhon saja. Akan tetapi pemahaman ini menurut penulis masih jauh dari harapan Islam. Romadhon merupakan pelatihan diri terhadap bagaimana melawan sesuatu yang berada di "dalam tubuh ini" . Kalau kita pahami apakah yang ada di dalam diri ini jika bukan "Hawa Nafsu" atau segala bentuk keinginan kita sendiri. Oleh sebab itu puasa merupakan upaya perlawanan kita terhadap sesuatu yang berada di dalam diri sendiri agar manusia dapat lebih bertaqwa kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan Al Qur'an : 2 : 183 yang berbunyi "Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa". Jika ditelaah perintah tersebut hanya diperuntukkan bagi orang orang yang beriman saja, oleh karena itu Rasullollah SAW mengeluarkan sebuah hadits yang sudah banyak diketahui oleh umat islam sendiri yakni : Banyak umatku yang berpuasa , akan tetapi hanya memperoleh lapar dan dahaga". Puasa bukanlah memindahkan waktu makan dari siang ke malam , akan tetapi yang paling dipentingkan adalah menahan diri dari segala bentuk yang bernuansa negatif atau berkeinginan yang bersifat maksiat, baik itu yang dilakukan oleh panca indra kita maupun oleh gerakan tubuh kita sendiri dan hati selalu bertujuan pada DIA. Jika demikian bagaimanakah puasa kita ?
Jika setip manusia sudah bisa memahami dan mengaplikasikan apa yang dinamakan dengan zakat dan puasa , maka tentunya sudah menerapkan dan bisa meninggalkan apa yang disukai oleh badan kita , baik dari dalam maupun dari luar atau dengan kata lain sudah bisa menahan dari segala keinginan yang akan dipenuhi oleh badan luar serta sudah bisa menahan dari segala bentuk hawa nafsu yang ada dalam diri manusia . Maka hadiah yang pantas diterima olehnya adalah suatu kenikmatan yang tidak dapat dibayangkan dan tidak pernah terlintas dalam benak setiap manusia itu sendiri, malah bukanlah berupa surgawi atau iming-iming yang pernah dipikirkan dan diinginkan oleh manusia, akan tetapi kenikmatan itu adalah berupa pengejauantahan dari kalimat Labbaik Alahumma labbaik , labbaikkala syarikala.
Demikianlah, apa yang saya dapat dari mempelajari serta dari hasil pelajaran rukun islam ini saya menginginkan untuk dapat menerapkan pada diri sendiri agar mendapatkan kenikmatan yang belum pernah terlintas dalam benak setiap insan manusia. Akan tetapi karena saya adalah seorang hamba yang penuh dengan kebodohan dan kesalahan, maka tidaklah salah apabila saya menginginkan masukan dan koreksi dari para pembaca untuk menambah wacana dan pemahaman saya terhadap rukun islam yang saya pelajari. Terima kasih.